Sebutkan bilai nilai sejarah tang dapat kita pelajari dalam film g30s/pki
Pertanyaan
1 Jawaban
-
1. Jawaban fathoni46
JAKARTA, Indonesia — Embie C Noer, yang menjadi penata musik dalam film Pengkhianatan G30S/PKI, masih ingat kata-kata kakaknya, Arifin C. Noer, yang menjadi sutradara film ini.
“Ini film horor, Mbi”. Bagi Embie itu cukup untuk mengembangkan tafsir musik dan bunyi-bunyian. Embie memilih meramu suling bambu, tape double cassette, keyboard dengan semangat pseudo-modern sebagai representasi politik Indonesia saat itu.
Sementara Amoroso Katamsi yang mempelajari karakter Soeharto selama 3 bulan, mendapat kesempatan untuk bertatap muka langsung sambil mengikuti kegiatan Soeharto. Kadang Amoroso memakai baju tentara, karena saat itu ia masih berstatus Letnan Kolonel Angkatan Laut.
Soeharto memang tidak banyak bicara. Setelah sutradara menyerahkan skenario kepadanya, ternyata tidak ada perintah spesifik untuk revisi. Soeharto juga cenderung tidak peduli dengan hal-hal detil. Jajang C. Noer, yang saat itu juga membantu riset kostum, dimarahi Soeharto karena bertanya terlalu detil untuk urusan pakaian.
Soeharto hanya mengatakan kurang setuju dengan Eddy Sud yang awalnya diplot untuk memerankan Bung Karno. Akhirnya peran itu jatuh ke Umar Kayam. Menurut pengakuan Amoroso, dalam buku Pak Harto–The Untold Story, mereka bertemu setelah film itu selesai. Lagi-lagi Soeharto tidak banyak bicara. Ia tidak memuji, juga tidak menggurui. Ia hanya mengatakan, “Film itu bagus”.
"Walau berupa pesanan, film Pengkhianatan G30S/PKI bukan karya murahan. Film ini memiliki dramatulugi yang terstruktur yang merupakan penggabungan dokumenter dan teatrikal."Adalah Syu’bah Asa, budayawan dan wartawan majalah Tempo, yang dipilih Arifin untuk memerankan Aidit. Menurut pengakuannya sebagaimana dikutip seri buku TEMPO, ia ingin memberikan perwatakan yang lebih utuh. Apalagi ia sudah mendapat bimbingan melalui diskusi yang intens dengan Amarzan Ismail Hamid, penyair yang mengenal Aidit secara pribadi.
“Tapi Arifin bilang tak perlu karena dia hanya butuh beberapa ekspresi saja,” kata Syu’bah Asa.