Ringkasan cerpen handphone ayah
B. Indonesia
syifanf126
Pertanyaan
Ringkasan cerpen handphone ayah
1 Jawaban
-
1. Jawaban nuratikafebriant
Handphone Ayah (CERPEN)
Siang itu, Ayah mengajak Adam ke toko sepatu. Sepatu Adam memang sudah sempit dan tak nyaman lagi dipakai. Namun karena ayah Adam belum punya uang lebih, maka baru hari ini permintaannya dikabulkan. Adam dan ayahnya naik bus patas AC jurusan Blok M. Ongkosnya lumayaan mahal, pikir Adam. Dan karena hari itu hari Minggu, banyak bangku kosong yang tersedia.
“Di sini saja,
Yah,” kata Adam sambil menarik lengan ayahnya. Mereka duduk di barisan
ketiga dari bangku sopir. Sebelum duduk, ayah Adam memindahkan handphone yang ada di sakunya ke sarung di pinggangnya supaya tidak mengganggu duduknya.
“Setiap hari Ayah naik
bus ini, ya, ke kantor?” tanya Adam.
“Tiap hari? Bisa
-
bisa kamu tidak pakai sepatu ke sekolah,” jawab Ayah meledek.
“Tarifnya kan, mahal. Lebih baik ayah naik bus biasa dan sisanya bisa ditabung buat keperluan sekolahmu,” jawab ayah.
Adam terdiam mendengar jawaban ayahnya. Dalam hati ia terharu sekaligus bangga, karena Ayah rela setiap hari, berbulan-bulan berdesak-desakan, kepanasan, dan membanting tulang demi kepentingan keluarganya. Sementara Adam sendiri, baru sebulan pakai sepatu kesempitan sudah mengeluh setiap hari. Bus melaju kencang dan keluar dari tol Komdak. Di halte Komdak, banyak penumpang yang turun dan banyak pula yang naik. Tiba-tiba naik juga 3 orang pria. Salah satunya duduk di sisi Ayah.
“Permisi, Pak,” kata pria itu ramah.
“Silahkan!” jawab Ayah sambil menggeser tempat duduknya.
Pria yang berpakaian rapi itu pun duduk di samping Ayah. Sementara kedua temannya duduk di bangku di sebelahnya. Adam mulai curiga melihat gerak-gerik mereka. Apalagi orang yang di sebelah Ayah selalu melirik ke arah handphone Ayah. Dan tiba-tiba orang itu pindah tempat ke depan bangku teman-temannya. Ayah Adam kemudian bergeser ke posisinya semula, sehingga tempat duduk mereka kembali lega. Namun pada waktu bergeser ayah Adam merasa ada sesuatu yang ganjil. Ia meraba pinggangnya. Betapa terkejutnya ia ketika handphone-nya sudah tidak terselip di pinggangnya.
“Wah! Handphone ayah hilang, Dam!” seru Ayah sambil bangkit
berdiri. Ia lalu memeriksa jok kursi, kalau-kalau handphone-nya tejatuh. Adam juga sibuk mencari, bahkan memeriksa kolong-kolong bangku.
“Pasti ada yang mencuri.” Ujar Ayah. Penumpang lain menoleh ke arah mereka,
mendengar ribut-ribut di dalam bus.
“Ada apa, Pak?” tanya kondektur bus.
“Handphone saya hilang. Tolong berhenti di halte itu,” kata ayah Adam sambil menunjuk
halte di perempatan jalan. Kebetulan di halte itu ada polisi yang sedang mengatur lalu lintas. Lalu
Ayah maju ke depan,”Mohon jangan ada yang turun dulu. Yang turun berarti itulah pencurinya,” kata Ayah dengan suara lantang.
“Oh, tidak bisa begitu, dong! Dari mana Bapak tahu kalau yang mengambil ada di dalam bus?” protes orang yang tadi duduk
di samping Ayah. Teman-temannya mengiyakan.
“Benar! Mana buktinya? Pokoknya kami mau turun di sini,” kata teman orang itu lagi
dengan suara keras dan agak mengancam.
You're reading a preview. Unlock full access with a free trial.
Pages 2 to 7 are not shown in this preview.
Download With Free Trial
“Tidak bisa! Pokoknya yang turun akan saya laporkan ke polisi,” tantan
g Ayah berani. Akhirnya ketiga orang itu diam. Kini giliran ayah Adam yang bingung. Bagaimana cara mencari handphone-nya? Ini seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Tiba-tiba Adam mendapat ide. Ia membisiki ayahnya.
“Eemm...” Ayah
mengangguk mengerti. “Maaf, Pak. Bisa pinjam handphone
-nya
sebentar?” kata Ayah pada seorang bapak yang kelihatan membawa handphone di saku
kemejanya.
“Silahkan...” jawab bapak itu. Ayah lalu memencet tombol
-tombol nomor handphone-nya. Dan tiba-tiba terdengar suara benda dijatuhkan.
“Bruuuuuk!” Setelah Ayah selesai memanggil nomor handphone
-nya, terdengarlah bunyi handphone ayah.
“Itu dia bunyi handphone ayah, Yah!” teriak Adam girang. Ayah Adam, dibantu kondektur
bus itu, lalu menyusuri asal suara itu. Ternyata handphone itu ada di kolong bangku ya