sebab khusus dan umum terjadinya perlawanan Pattimura
IPS
AURELIA2124
Pertanyaan
sebab khusus dan umum terjadinya perlawanan Pattimura
1 Jawaban
-
1. Jawaban Anonyme
Perang maluku yang dipimpin oleh Kapitan Pattimura pada awalnya terjadi ketika Belanda kembali berkuasa pada tahun 1817, monopoli diberlakukan lagi. Diberlakukan lagi sistem ekonomi uang kertas yang sangat dibenci dan keluar perintah sistem kerja paksa (rodi). Belanda tampaknya juga tidak mau menyokong dan memerhatikan keberadaan gereja Protestan dan pengelolaan sekolah-sekolah protestan secara layak, Pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, monopoli di Maluku terus dijalankan. Beban rakyat semakin berat. Selain penyerahan wajib, masih juga harus dikenai kewajiban kerja paksa, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi. Mereka yang melanggar ditindak tegas. Tindakan pemerintah Hindia Belanda tersebut semakin menimbulkan penderitaan
dan kesengsaraan terhadap rakyat, inilah yang menjadi penyebab rakyat marah dan meletusnya perang maluku. Rakyat Saparua (Maluku) berjuang menentang pemerintah kolonial Belanda di bawah pimpinan Pattimura atau Thomas Matulessy dan pejuang wanita Christina Martha Tiahahu.
Patimura merupakan seorang pemuda yang berani melakukan pemberontakan terhadap pemerintah kolonial Belanda pada Juli–Desember 1817. Pattimura pemimpin perlawanan rakyat Maluku (Saparua) terhadap Belanda pada tahun 1817, meninggal pada tanggal 16 Desember 1817 di tiang gantungan.
Perlawanan rakyat Maluku diawali dengan membakar perahu Pos di Porto (pelabuhan) pada 15 Mei 1817 dan mengepung Benteng Duurstede. Keesokan harinya rakyat berhasil menguasai benteng dan menembak mati Residen Maluku, Van De Berg. Pada 14 Mei 1817, Pattimura mulai memimpin perlawanan kepada Belanda, terutama di Porto. Belanda kesulitan, akhirnya Belanda meminta bantuan dari Ambon. Dikirimlah pasukan sebanyak 200 orang pada Juli 1817. Untuk kedua kalinya Belanda datang ke Saparua dan berhasil menguasai Benteng Duurstede pada Agustus 1817.
Pejuang Maluku kemudian melanjutkan perjuangan dengan sistem gerilya. Belanda ingin secepatnya menangkap pemimpin-pemimpin perlawanan. Selain mengerahkan pasukan yang banyak, Belanda juga mengumumkan bahwa mereka akan diberi hadiah 100 Gulden bagi siapa saja yang dapat menangkap Pattimura dan 500 Gulden untuk pemimpin-pemimpin lainnya. Akan tetapi, rakyat Maluku tidak tergiur oleh hadiah tersebut. Pada Oktober 1817, Belanda berkeinginan untuk segera menyelesaikan perang. Untuk itulah pada bulan tersebut Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya, Pattimura dan pemimpin-peminpin lainnya dapat ditangkap Belanda, dan pada 16 Desember 1817 Pattimura dihukum gantung di Kota Ambon. Dalam Perang Maluku dikenal pula pahlawan wanita, Christina Martha Tiahahu dan sering dijuluki Mutiara dari Timur, yang ikut
berjuang melawan Belanda sekalipun usia yang masih muda (17 tahun) dan wafat 1 Januari 1818 dalam pengasingan (pembuangan) di Pulau Jawa.